dheaa
Kamis, 24 Oktober 2024
Android Studio
Rabu, 06 September 2023
KULINER KHAS DAERAH
Ayam betutu
Ayam Betutu adalah makanan tradisional khas Bali yang terbuat dari ayam atau bebek utuh yang berisi bumbu, kemudian dipanggang dalam api sekam. Ayam betutu merupakan jenis lauk pauk yang dibuat dari daging ayam yang telah dibersihkan, kemudian dibalurkan bumbu khas Bali yang dikenal dengan "base genep" di seluruh permukaan daging ayam dan sebagian lagi dimasukkan ke dalam rongga abdomennya. Daging ayam yang telah dibumbui kemudian direbus atau langsung dibakar hingga menghasilkan aroma yang khas. Aroma yang muncul disebabkan karena adanya pemanasan yang menyebabkan air dan lemak daging ikut menguap. Semakin banyak uap yang dihasilkan, semakin kuat dan enak aromanya.
Sejarah
Ayam Betutu merupakan kuliner khas Bali yang berasal dari Gianyar.
Sejarah Ayam Betutu pertama bermula pada tahun 1976, dari olahan tangan, Ni Wayan Tempeh atau Men Tempeh yang berasal dari wilayah Abiansi, kota Gianyar.
Kemudian, bersama dengan suaminya yang bernama I Nyoman Suratna yang berasal dari Bangli, Ni Wayan Tempeh mendirikan warung Ayam Betutu.
Nama Betutu sendiri berasal dari kata be dan tunu, Be artinya daging, dan tunu artinya bakar. Jadi secara harfiah adalah daging yang dibakar.
Kuliner ini secara tradisional pada dasarnya merupakan ayam bakar yang dilabur dengan bumbu khas Bali yang bernama base genep lalu di panggang di api sekam.
Namun, seiring kemajuan zaman pembuatan Ayam Betutu juga dilakukan memakai oven atau alat panggang/bakar modern lain.
Sebenarnya, Ayam Betutu merupakan hidangan untuk upacara keagamaan dan upacara adat di Bali, seperti otonan, odalan, dan juga acara pernikahan.
Sementara itu, pengolahan betutu sendiri khas dengan diberi lapisan pembungkus daun pinang, lalu diberi bara sekam.
Kemudian dimasukan ke dalam tanah dari batu-batu yang sudah dipanaskan.
Cara pengolahan ini merupkan warisan dari masa Majapahit yaitu masa abad ke-16, ketika pengaruh Islam masuk ke tanah Jawa.
Setelah itu, diketahui banyak orang Majapahit yang merupakan pemeluk Hindu akhirnya pergi wilayah Bali.
Berbagai pengaruh budaya yang ada di masa Majapahit akhirnya beralih ke Bali salah satunya kuliner. Beberapa kuliner khas Bali hasil pengaruh budaya Majapahit, termasuk juga betutu.
Rasa awal masakan ini bercita rasa manis yang berasal dari Pulau Jawa, dikarenakan Islam pada saat itu sudah menyebar luas di Pulau Jawa. Akhirnya, dibawalah masakan tersebut ke Pulau Bali.
Namun setelah dibawa ke daerah Pulau Bali, cita rasa masakkan Ayam Betutu tersebut berubah menjadi pedas yang dihasilkan dari bumbu khas pulau bali.
Dan sampai sekarang masakan tersebut masih dipertahankan oleh masyarakat pulau bali dan menjadi masakan khas Pulau Bali.
Etimologi
Kata betutu berasal dari kata "tunu" yang berarti "bakar" dan dirangkai dengan kata "be" yang berarti "daging". Berdasarkan uraian tersebut, "betutu" berarti daging yang dibakar. Sehingga ayam betutu adalah ayam yang dibakar.[3]
Perayaan
Menurut tradisi Bali, ayam betutu biasanya disajikan pada saat upacara adat seperti odalan, otonan, maupun pernikahan.
Selain itu, betutu digunakan sebagai sajian pada upacara keagamaan dan upacara adat serta sebagai hidangan dan dijual. Konsumennya tidak hanya masyarakat Bali, tetapi juga tamu mancanegara yang datang ke Bali, khususnya pada tempat-tempat tertentu seperti di hotel dan rumah makan atau restoran.[3] Makanan ini juga sering dijadikan pengunjung sebagai oleh-oleh pertanada mereka pernah berkunjung ke bali. Makanan ini merupakan salah satu favorit para pengunjung yang sering dijadikan oleh-oleh setelah mereka berkunjung ke Bali. Banyak pusat oleh-oleh di Bali yang menyediakan makanan ini karena tingginya minat konsumen terhadap hidangan khas ini.
Resep
Bahan yang diperlukan untuk membuat ayam betutu:
- Satu ekor ayam yang sudah dibersihkan bagian dalamnya
- Bumbu genep
- Bumbu wewangenan
- Garam dan minyak kelapa.
Base genep merupakan bumbu khas Bali yang terdiri dari bawang merah, kencur, kemiri, bawang putih, kunyit, lengkuas, jahe, laos, cabai rawit, serai, gula merah, terasi, daun limau, daun salam, dan minyak kelapa.
Sedangkan bumbu wewangenan terdiri dari merica hitam, merica putih, cengkih, pala, tabia bun, ketumbar, kemiri, kemenyan, jangu, bangle, dan kulit jeruk purut.
Berikut adalah proses pembuatan ayam betutu:
- Haluskan base genep dan wewangenan kemudian ditumis hingga harum
- Bersihkan ayam dari bulu, jeroan, paruh, dan kulit kaki yang keras dikelupas
- Panaskan air dengan sedikit bumbu, daun salam, daun limau, dan batang serai yang telah dimemarkan.
- Rebus ayam ke dalam air hingga tiga per empat matang kemudian diangkat
- Setelah diangkat, base genep dimasukkan ke dalam perut ayam dan sebagian base genep yang dicampurkan dengan minyak tandusan dibalurkan di seluruh permukaan tubuh ayam
- Ayam yang telah dibumbui kemudian sedikit diremas-remas agar ayam menjadi lunak dan dibungkus dengan daun pisang atau kelopak daun pinang untuk selanjutnya dimasukkan ke bara api. Bara api tidak boleh terlalu besar dan proses pemasakan di bara api kurang lebih 1 jam
- Ayam betutu kemudian disajikan dengan cara dibelah pada bagian perut hingga daerah tempat tembolok, kemudian kedua belah dada ditarik ke samping. Satu paket ayam betutu biasanya dihidangkan bersama dengan sambal matah, kacang dan sayur
Kandungan Zat Gizi
Kandungan zat gizi Ayam Betutu yaitu :
- Kadar air sebesar 60,87%
- Kadar abu sebesar 1,84%
- Kadar protein sebesar 14,69%
- Kadar lemak 1,27%
- Kadar karbohidrat sebesar 21,33%.
Sate padang
Sate padang adalah sebutan untuk tiga jenis varian sate di Sumatera Barat, yaitu sate padang, sate padang panjang dan sate pariaman.
Sepiring sate padang. | |
Sajian | Hidangan utama |
---|---|
Tempat asal | Indonesia |
Daerah | Sumatera Barat |
Dibuat oleh | Masakan Padang |
Suhu penyajian | Panas |
Bahan utama | Daging sapi dan offals sate dalam saus kuning kental |
Sate padang memakai bahan daging sapi, lidah, biji atau jeroan (jantung, usus, dan tetelan)[1] dengan bumbu kuah kacang kental yang ditambah dengan cabai yang banyak sehingga rasanya pedas.
Sate padang panjang dibedakan dengan kuah satenya yang berwarna kuning. Sedangkan sate pariaman kuahnya berwarna merah. Rasa kedua jenis sate ini juga berbeda. Sate padang mempunyai bermacam rasa perpaduan kedua jenis varian sate di atas.
Proses pembuatan Sunting
Pada awalnya, daging segar dimasukkan dalan drum besar berisi air, dan direbus dua kali agar lunak menggunakan drum dan air yang berbeda. Daging diiris-iris dan dilumuri dengan bumbu dan rempah-rempah. Sementara, air rebusan digunakan sebagai kuah kaldu, bahan membuat kuah sate. Lalu, kuah kaldu dicampur dengan 19 macam bumbu rempah-rempah yang telah dihaluskan (bawang merah, bawang putih, kunyit, jahe, dan serai), dan dicampur dengan berbagai macam cabai. Seluruh bumbu kemudian dijadikan satu dan dimasak selama 15 menit. Rempah-rempah inilah yang membuat rasa kuah sate menjadi kaya rasa yang melimpah.
Sate sendiri hanya dibakar saat dipesan, menggunakan arang dari tempurung kelapa, dan dimakan dalam keadaan hangat. Biasanya ditambah dengan keripik balado khas Minang.
Rabu, 23 Agustus 2023
INFORMASI TENTANG PARIWISATA DI INDONESIA
Pantai Pandawa
Pantai Pandawa adalah salah satu kawasan wisata di area Kuta selatan, Kabupaten Badung, Bali. Pantai ini di balik perbukitan dan sering disebut sebagai Pantai Rahasia (Secret Beach). Di sekitar pantai ini terdapat dua tebing yang sangat besar yang pada salah satu sisinya dipahat lima patung Pandawa dan Kunti Keenam patung tersebut secarara berurutan (dari posisi tertinggi) diberi penejasan nama Dewi Kunti, Dharma Wangsa, Bima, Arjuna, Nakula, dan Sadewa.
Selain untuk tujuan wisata dan olahraga air, pantai ini juga dimanfaatkan untuk budidaya rumput laut karena kontur pantai yang landai dan ombak yang tidak sampai ke garis pantai. Cukup banyak wisatawan yang melakukan paralayang dari Bukit Timbis hingga ke Pantai Pandawa. Kawasan pantai ini juga sering digunakan sebagai lokasi pengambilan gambar untuk sinetron FTV.
Karena makin bertambahnya minat wisatawan untuk berkunjung ke pantai pandawa maka pantai ini telah mengalami perubahan dan perbaikan sarana dan prasarana yang sangat memadai. Dan diharapkan dimasa mendatang pantai pandawa akan menjadi salah satu pilihan pantai terbaik di pulau Bali yang sejajar dengan pantai yang terlebih dahulu telah terkenal seperti pantai kuta ataupun pantai sanur.
Untuk berkunjung ke pantai berjuluk "the secret beach" ini bisa dilakukan lewat Bandara Internasional Ngurah Rai dengan jarak tempuh sekitar 18 km atau kurang lebih 1 jam. Sedangkan, jaraknya dari pusat kota Denpasar sekitar 27 km melalui jalur tol Bali Mandara. Memasuki area Pantai Pandawa, pengunjung akan disambut gerbang dengan empat akses masuk yang dapat dilewati kendaraan. Seluruhnya menyerupai gerbang jalan tol, hanya saja terbuat dari batu kapur putih. Di salah satu gerbang masuk ini, pengunjung akan membayar biaya tiket masuk dan parkir kendaraan.
Gunung Semeru
Gunung Semeru atau Gunung Meru adalah sebuah gunung berapi kerucut di Jawa Timur, Indonesia. Gunung Semeru merupakan gunung tertinggi di Pulau Jawa, dengan puncaknya Mahameru, 3.676 meter dari permukaan laut (mdpl). Gunung ini terbentuk akibat subduksi Lempeng Indo-Australia kebawah Lempeng Eurasia. Gunung Semeru juga merupakan gunung berapi tertinggi ketiga di Indonesia setelah Gunung Kerinci di Sumatra dan Gunung Rinjani di Nusa Tenggara Barat.[1] Kawah di puncak Gunung Semeru dikenal dengan nama Jonggring Saloko.
Gunung Semeru secara administratif termasuk dalam wilayah dua kabupaten, yakni Kabupaten Malang dan Kabupaten Lumajang, Provinsi Jawa Timur. Gunung ini termasuk dalam kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru. Semeru mempunyai kawasan hutan Dipterokarp Bukit, hutan Dipterokarp Atas, hutan Montane, dan Hutan Ericaceous atau hutan gunung. Posisi geografis Semeru terletak antara 8°06' LS dan 112°55' BT.
Pada tahun 1913 dan 1946 Kawah Jonggring Saloka memiliki kubah dengan ketinggian 3.744,8 m hingga akhir November 1973. Di sebelah selatan, kubah ini mendobrak tepi kawah menyebabkan aliran lava mengarah ke sisi selatan meliputi daerah Pronojiwo dan Candipuro di Lumajang.
Secara umum iklim di wilayah Gunung Semeru termasuk type iklim B (Schmidt dan Ferguson) dengan curah hujan 927 mm - 5.498 mm per tahun dengan jumlah hari hujan 136 hari/tahun dan musim hujan jatuh pada bulan November - April. Suhu udara dipuncak Semeru berkisar antara 0 - 4 derajat celsius.
Suhu rata-rata berkisar antara 3 °C - 8 °C pada malam dan dini hari, sedangkan pada siang hari berkisar antara 15 °C - 21 °C. Kadang-kadang pada beberapa daerah terjadi hujan salju kecil pada saat perubahan musim hujan ke musim kemarau atau sebaliknya. Suhu yang dingin di sepanjang rute perjalanan ini bukan semata-mata disebabkan oleh udara diam, namun juga didukung oleh kencangnya angin yang berhembus ke daerah ini menyebabkan udara semakin dingin.
taman nasional
Gunung ini masuk dalam kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru. Taman Nasional ini terdiri dari pegunungan dan lembah seluas 50.273,3 hektar. Terdapat beberapa gunung di dalam Kaldera Gunung Tengger antara lain: Gunung Bromo (2.392 m); Gunung Batok (2.470 m); Gunung Kursi (2.581 m); Gunung Watangan (2.662 m); dan Gunung Widodaren (2.650m). Terdapat empat buah danau (ranu): Ranu Pani, Ranu Regulo, Ranu Kumbolo dan Ranu Darungan.
Flora yang berada di wilayah Gunung Semeru beraneka ragam jenisnya tetapi banyak didominir oleh pohon cemara, akasia, pinus, dan jenis Jamuju. Sedangkan untuk tumbuhan bawah didominasi oleh kirinyuh, alang-alang, tembelekan, harendong dan edelwiss putih. Edelwis juga banyak ditemukan di lereng-lereng menuju puncak Semeru. Terdapat pula spesies bunga anggrek endemik yang hidup di sekitar Gunung Semeru bagian selatan yakni Anggrek selop.
Banyak fauna yang menghuni gunung Semeru antara lain: macan kumbang, budeng, luwak, kijang, kancil, dll. Sedangkan di Ranu Kumbolo terdapat belibis yang masih hidup liar.
sejarah
Pendaki pertama
Orang Eropa pertama yang mendaki gunung ini adalah Clignet dan Winny Brigita (1838), seorang ahli geologi berkebangsaan Belanda. Mereka menempuh jalur dari sebelah barat daya melalui Widodaren. Selanjutnya Junghuhn (1945), seorang ahli botani berkebangsaan Belanda, mendaki dari utara lewat gunung Ayek-ayek, gunung Inder-inder dan gunung Kepolo. Pada tahun 1911, Van Gogh dan Heim melalui lereng utara dan setelah 1945 umumnya pendakian dilakukan lewat lereng utara melalui Ranu Pani dan Ranu Kumbolo hingga saat ini.
Legenda Gunung Semeru
Menurut kepercayaan masyarakat Jawa yang ditulis pada kitab kuno Tantu Pagelaran yang berasal dari abad ke-15, pada dahulu kala Pulau Jawa mengambang di lautan luas, terombang-ambing dan senantiasa berguncang. Para Dewa memutuskan untuk memakukan Pulau Jawa dengan cara memindahkan Gunung Meru di India ke atas Pulau Jawa.
Dewa Wisnu menjelma menjadi seekor kura-kura raksasa menggendong gunung itu dipunggungnya, sementara Dewa Brahma menjelma menjadi ular panjang yang membelitkan tubuhnya pada gunung dan badan kura-kura sehingga gunung itu dapat diangkut dengan aman.
Dewa-dewa tersebut meletakkan gunung itu di atas bagian pertama pulau yang mereka temui, yaitu di bagian barat Pulau Jawa. Tetapi berat gunung itu mengakibatkan ujung pulau bagian timur terangkat ke atas. Kemudian mereka memindahkannya ke bagian timur pulau Jawa. Ketika gunung Meru dibawa ke timur, serpihan gunung Meru yang tercecer menciptakan jajaran pegunungan di pulau Jawa yang memanjang dari barat ke timur. Akan tetapi ketika puncak Meru dipindahkan ke timur, pulau Jawa masih tetap miring, sehingga para dewa memutuskan untuk memotong sebagian dari gunung itu dan menempatkannya di bagian barat laut. Penggalan ini membentuk Gunung Pawitra, yang sekarang dikenal dengan nama Gunung Penanggungan, dan bagian utama dari Gunung Meru, tempat bersemayam Dewa Shiwa, sekarang dikenal dengan nama Gunung Semeru. Pada saat Sang Hyang Siwa datang ke pulau Jawa dilihatnya banyak pohon Jawawut, sehingga pulau tersebut dinamakan Jawa.
Lingkungan geografis pulau Jawa dan Bali memang cocok dengan lambang-lambang agama Hindu. Dalam agama Hindu ada kepercayaan tentang Gunung Meru, Gunung Meru dianggap sebagai rumah tempat bersemayam dewa-dewa dan sebagai sarana penghubung di antara bumi (manusia) dan Kayangan. Banyak masyarakat Jawa dan Bali sampai sekarang masih menganggap gunung sebagai tempat kediaman Dewata, Hyang, dan makhluk halus.[2]
Menurut orang Bali, Gunung Mahameru dipercayai sebagai Bapak Gunung Agung di Bali dan dihormati oleh masyarakat Bali. Upacara sesaji kepada para dewa-dewa Gunung Mahameru dilakukan oleh orang Bali. Betapapun upacara tersebut hanya dilakukan setiap 8-12 tahun sekali hanya pada waktu orang menerima suara gaib dari dewa Gunung Mahameru. Selain upacara sesaji itu orang Bali sering datang ke daerah Gua Widodaren untuk mendapat Tirta suci.
Gas beracun
Di puncak Gunung Semeru (Puncak Mahameru) pendaki disarankan untuk tidak menuju kawah Jonggring Saloko, juga dilarang mendaki dari sisi sebelah selatan, karena adanya gas beracun dan aliran lahar. Gas beracun ini dikenal dengan sebutan Wedhus Gembel (Bahasa Jawa yang berarti "kambing gimbal", yakni kambing yang berbulu seperti rambut gimbal) oleh penduduk setempat. Suhu dipuncak Mahameru berkisar 4 - 10 derajat Celsius, pada puncak musim kemarau minus 0 derajat Celsius, dan dijumpai kristal-kristal es. Cuaca sering berkabut terutama pada siang, sore dan malam hari. Angin bertiup kencang, pada bulan Desember - Januari sering ada badai.
Terjadi letusan Wedus Gembel setiap 15-30 menit pada puncak gunung Semeru yang masih aktif. Pada November 1997, Gunung Semeru meletus sebanyak 2990 kali. Siang hari arah angin menuju puncak, untuk itu hindari datang siang hari di puncak, karena gas beracun dan letusan mengarah ke puncak.
Letusan berupa asap putih, kelabu sampai hitam dengan tinggi letusan 300-800 meter. Material yang keluar pada setiap letusan berupa abu, pasir, kerikil, bahkan batu-batu panas menyala yang sangat berbahaya apabila pendaki terlalu dekat. Pada awal tahun 1994 lahar panas mengaliri lereng selatan Gunung Semeru dan telah memakan beberapa korban jiwa, walaupun pemandangan sungai panas yang berkelok- kelok menuju ke laut ini menjadi tontonan yang sangat menarik.
Erupsi pada awal Januari 2021 mengakibatkan penduduk 5 kecamatan di lereng Semeru; Kecamatan Candipuro, Kecamatan Pasrujambe, Kecamatan Senduro, Kecamatan Gucialit, dan Kecamatan Pasirian. Pihak PVMBG mengimbau kepada masyarakat untuk tidak melakukan beraktivitas dalam radius 1 km dari kawah puncak G. Semeru dan jarak 4 Km arah bukaan kawah di sektor selatan-tenggara, serta mewaspadai awan panas guguran, guguran lava, dan lahar di sepanjang aliran sungai/lembah yang berhulu di puncak Gunung Semeru. Radius dan jarak rekomendasi ini akan dievaluasi terus untuk antisipasi jika terjadi gejala perubahan ancaman bahaya.
Soe Hok Gie, salah seorang tokoh aktivis Indonesia dan mahasiswa Fakultas Sastra Universitas Indonesia, meninggal di Gunung Semeru pada tahun 1969 akibat menghirup asap beracun di Gunung Semeru. Dia meninggal bersama rekannya, Idhan Dhanvantari Lubis.
Aktivitas letusan
1800-an
Catatan letusan pertama yang terekam diperkirakan pada 8 November 1818. Pada rentang 1829-1878 juga terjadi beberapa kali letusan hingga tahun 1913 tetapi tidak banyak informasi yang terdokumentasikan. Letusan pada abad ke-19 Masehi itu terjadi pada tahun 1829, 1830, 1832, 1836, 1838, 1842, 1844, 1845, 1848, 1851, 1856, 1857, 1860, 1864, 1867, 1872, 1877, dan 1878. Bahkan gunung ini kembali meletus tahun 1884 hingga 1899.
1900-an
Pada 1941-1942, terekam aktivitas vulkanik dengan durasi panjang. Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) menyebutkan leleran lava terjadi pada periode 21 September 1941 hingga Februari 1942. Saat itu, letusan sampai di lereng sebelah timur dengan ketinggian 1.400 hingga 1.775 meter. Material vulkanik hingga menimbun pos pengairan Bantengan.
Beberapa aktivitas vulkanik juga tercatat beruntun pada 1945, 1946, 1947, 1950. Kembali meletus lagi secara berurutan dari tahun 1951 hingga 1961 dan tahun 1963. Letusan beruntun kembali terjadi dari dari tahun 1967 hingga tahun 1969 dan tahun 1972 hingga 1990. Letusan berikutnya disusul pada tahun 1992 dan 1994. Letusan pada tahun 1994 terbilang mengerikan karena memakan korban jiwa sebanyak 7 orang serta orang hanyut terbawa oleh lahar.
Pada 1 Desember 1977, guguran lava menghasilkan awan panas guguran dengan jarak hingga 10 km di Besuk Kembar. Volume endapan material vulkanik yang teramati mencapai 6,4 juta meter kubik. Awan panas juga mengarah ke wilayah Besuk Kobokan. Saat itu, sawah, jembatan dan rumah warga rusak. Aktivitas vulkanik berlanjut dan tercatat pada 1978–1989.
Pada 2 Februari 1994, tercatat ada 9 kali letusan Gunung Semeru. Letusan ini mengakibatkan munculnya asap putih tebal dengan ketinggian mencapai 500 meter. Selain asap putih, terjadi 34 kali guguran lava ke arah Besuk Kembar sejauh 1 km. Erupsi Gunung Semeru menelan korban jiwa sebanyak 7 orang yang hanyut terbawa lahar.
2000-an
PVMBG juga mencatat aktivitas vulkanik gunung ini pada 1990, 1992, 1994, 2002, 2004, 2005, 2007 dan 2008. Pada 2008, tercatat beberapa kali erupsi, yaitu pada rentang 15-22 Mei 2008. Teramati pada 22 Mei 2008, empat kali guguran awan panas yang mengarah ke wilayah Besuk Kobokan dengan jarak luncur 2.500 meter.
Pada 12 Juni 2006, Badan Meteorologi dan Geofisika (BMKG) Maritim Tanjung Perak Surabaya, mencatat gempa vulkanik dengan kekuatan 1,8 Skala Richter (SR) akibat aktivitas Gunung Semeru (3.676 mdpl).
Pada 1 Desember 2020, Gunung Semeru mengalami letusan yang diikuti guguran awan panas dari puncak. Adapun jarak luncur guguran awan panas ini mencapai 2-11 kilometer.
Hingga 4 Desember 2021 pukul 15.10 WIB, Gunung Semeru meletus dan mengeluarkan guguran awan panas mengarah ke Besuk Kobokan, Desa Sapiturang, Kecamatan Pronojiwo menjadikan letusan terakhir dan terbaru di sejumlah BNPB.[8] Guguran lava melaju dengan jarak luncur 500-800 meter, dengan pusat guguran 500 meter di bawah kawah. Sedangkan, gempa vulkanik yang berkaitan dengan letusan, guguran dan hembusan asap kawah telah terjadi sebanyak 54 kali gempa letusan atau erupsi, 4 kali gempa guguran, dan 18 kali gempa hembusan.
Pada 16 Desember 2021 tercatat pukul 23.00 WIB, Gunung Semeru dinaikkan statusnya oleh PVMBG dari Waspada (Level II) menjadi Siaga (Level III).
Pada 4 Desember 2022 tercatat pukul 12.00 WIB, Gunung Semeru dinaikkan statusnya oleh PVMBG dari Siaga (Level III) menjadi Awas (Level IV).
Selasa, 08 Agustus 2023
PERKEMBANGAN TEKNOLOGI KOMUNIKASI
Sejarah Teknologi Komunikasi
1. Teknologi Komunikasi Berupa Lukisan Gua.
Lukisan gua ini biasanya dapat ditemukan di dinding ataupun langit-langit gua. Lukisan gua juga memiliki fungsi lain, yakni sebagai fungsi religius serta fungsi simbolis. Fungsi simbolis yang ada pada lukisan gua adalah simbolis untuk berkomunikasi. Symbol-simbol ini biasanya memiliki berbagai wujud dengan makna yang berbeda-beda. Tujuannya tentu hanya untuk menyampaikan pesan tertentu.
Tanda asap kerap dikenal sebagai sinyal yang difungsikan untuk mengirim pesan atau informasi. Penggunaan teknologi komunikasi tanda asap ini cukup populer dan paling banyak digunakan di China. Contoh penggunaannya adalah ketika seorang penjaga melepaskan sinyal tersebut ke udara. Asap akan diartikan sebagai sebuah pesan yang menuju ke Tembok Besar di China. Ada pula seorang sejarawan asal Yunani yang menggunakan sinyal ini untuk menggantikan huruf alphabet.
Koran atau yang dulu dikenal sebagai surat kabar merupakan teknologi komunikasi yang masih digunakan hingga saat ini. Surat kabar atau koran berisi tentang penyampaian sebuah berita yang disampaikan secara tertulis serta berbagai peristiwa-peristiwa yang sedang berlangsung saat itu. Surat kabar sendiri memiliki dua jenis, yakni surat kabar nasional dan surat kabar internasional. Jenis surat kabar yang diterbitkan sangat bergantung pada berita apa yang terkandung didalamnya. Surat kabar sendiri dikenal sangat mengambil alih perhatian masyarakat dan perlahan mengubah metode penyampaian informasi dari waktu ke waktu.
6. Teknologi Komunikasi Menggunakan Radio
Munculnya teknologi komunikasi media cetak berupa koran disusul dengan kemunculan radio. Radio sendiri merupakan sebuah teknologi komunikasi yang dapat menghasilkan suara dan memberikan berita serta hiburan untuk masyarakat. Para ilmuwan memulai untuk mempelajari dan menguji sinyal nirkabel untuk dapat menghasilkan radio. Bahkan Grameds, saat ini radio masih tetap ada dan diletakkan sebagai fitur dalam ponsel zaman sekarang.
7. Teknologi Komunikasi Menggunakan Telegraf
Telegraf menjadi alat komunikasi listrik pertama yang dapat mengirim pesan berupa teks. Telegraf diciptakan untuk mempermudah masyarakat dalam mengirim pesan dalam bentuk teks untuk membantu menyebarkan informasi ke penjuru negeri.
Android Studio
Android Studio Android Studio is the official Integrated Development Environment (IDE) fo...
-
Android Studio Android Studio is the official Integrated Development Environment (IDE) fo...